SEJARAH PABRIK GULA HINDIA BELANDA (II)

Stasiun pemerahan
Stasiun pemerahan atau tandem mill belum sehebat sekarang, masih menggunakan rangkaian 3 unit gilingan dengan ukuran 30” x 60 “ atau satu crusher dengan 3 dan 4 gilingan ukuran bervariasi dari diameter 24” sampai 34 “ dengan pamjang bervariasi dari 60” sampai 78” atau dengan 2 unit crusher diikuti dengan 3 atau 4 gilingan atau dengan meinecke diikuti dengan serangkaian gilingan (rincian per pabrik pada tabel terlampir)
 
Bagi pelaku industri gula pasti menarik kesimpulan bahwa statiun pemerahan saat ini jauh lebih sempurna dibanding masa lalu, tetapi performance pemerahan sangat dibawah masa lalu dan kesimpulan yang dapat diambil adalah karna kwalitas tebu masa lalu dan managemen tebang angkut masa lalu sangat jauh lebih baik dari masa kini
 
 
 
 
 
Gilingan tebu tempo dulu tahun 1930
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Volume tangki pengendap , luas filter, juice heater, verdamper, pan masakan dan kristaliser per 100 tcd. 
Defikasi 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sulphitasi
 
 
 
 
 
 
 
 Carbonatasi
 
 
Tabel diatas menunjkkan bahwa pemurnian masa lalu dilakukan sangat sederhana, belum ditemukan bahan pembantu ntuk mempercepat pengendapan (polymer baru dikembangkan tahun 1950), belumditemukan alat control pH (pH ajuster), belum diterapkan continous clarifier yang ada adalah tangki pengendap (bezinking kasten) dengan operasi terputus.
Sistem penapisan nira kotor masih belum menggunakan rotary vacuum filter masih menggunakan filter model kuno Plate and frame clotch filter.
Sentrifugal separator vertical 30” x 18” unit per tcd 
 
 
  
Centrifugal dengan penggerak turbine air masih ada yang digunakan. 

 Data syrup purity dll
tetapi sebagai bahan kajian kenapa dengan keterbatasan teknologi dibanding saat ini bisa Rendemen tersebut dicapai dengan instalasi yang didukung teknologi abad 19, istilah zaman sekarang adalah zaman sepur lempung, angka tersebut bukan hanya untuk bernostalgia mencapai performace yang belum bisa kita capai, Yang agak aneh kita heran melihat negara produsen gula dengan produksi diatas 10 ton per ha, dan beramai ramai study banding kenegara tersebut, padahal bukankah kita sudah mampu mencapainya , kenapa kita tidak kaji kembali 

Rumah buruh 
Rumah Loji Meneer
Foto saksi bisu kejayaan industri gula tempo dulu hingga kini

 
 
Tayuban pesta buka giling konon merupakan kesukaan toewan toewan
Tayub dan pesta sebelum giling selalu diadakan sebenarnya dengan tujuan tujuan tertentu, seperti dimaklumi budaya masarakat saat itu untuk bekerja sebagai buruh kampanye/ musiman diikat dengan kontrak salah satu diantaranya adalah batasan untuk tidak mbolos, untuk mendapatkan buruh secukupnya dibuat kontrak dengan uang muka sebelum giling yang sudah diperhitungkan akan dihabiskan pada saat pesta buka giling, karena disamping tayuban, pelacuran dan perjudian juga diadakan saat pesta buka giling, nah begitu uang habis baru buruh akan masuk bekerja dan kalau melanggar sangat berat hukumannya, zaman dulu di landraad. 
Tanaman tebu zaman dulu 
Pemuliaan tanaman telah dilakukan oleh peneliti peneliti Belanda , dari catatan Belanda sudah mengkoleksi berbagai jenis tebu dari berbagai lokasi : 
Saccarum spontaneum
Talahib dari Philippijnen
Glagah paloe, koelawi, biroh soengi moepanga dari Celebes
Glagah djantoer, kinggoerang oewis, glagah m moentai dari Borneo
Glagah prapat dari Sumatra.
Mandalay 1 dari Burma
Dacca, Coimbatore dari India
Saccarum officinarum.
Teboe salah dari Borneo Dll
Pemupukan zaman dahulu 
Barangkali pupuk masih harus di datangkan dari Eropa , tetapi saat itu sudah dikenal istilah MEST ( tandurane opo wis di mes = tanamannya apa sudah dipupuk), sudah dikenal:
ZA, Fostaat bemesting / DS (Double super phosphate) pupuk phosphat, Kali bemesting pupuk kalium, Groen bemesting pupuk hijau, Nitrophoska pupuk majemuk.
 
 
 
Masa masa penurunan over all performance

Baca Selengkapnya →

SEJARAH PABRIK GULA HINDIA BELANDA

 
PABRIK GULA HINDIA BELANDA 

Pabrik gula besar dahulu dan sekarang 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan-pahlawannya, Disini sedikit sejarah tentang Pabrik Gula, Sejarah Pabrik Gula Besar di indonesia, sebagai acuan dan untuk lebih memperluas pandangan, sekilas kita kaji dan amati bagaimana indonesia memulai industri gulanya dengan pabrik gula besar yang pernah mengantar indonesia sebagai eksportir gula terbesar di dunia, dan dari semua buku maupun handbook of sugar manufacture/ proses / machinery selalu menjadikan industri gula di jawa menjadi acuan atau dengan kata lain mereka belajar dari Industri Gula Indonesia.

Pabrik Gula di Indonesia (abad 17 - 18 - 19 )
Perkembangan penggilingan atau pengepresan tebu di jawa, secara agak besar di mulai pertama kali pada pertengahan abad 17 didataran rendah batavia, di kelola okeh orang-orang cina. Kemudian di awal  abad  19  muncul  industri  gula  modern  di  pamanukan, ciasem, Jawa Barat, yang dikelola oleh para pedagang besar dari inggris. Yang karena kesalahan lokasi hanya bertahan satu dasawarsa (kekurangan tenaga kerja). Kehancuran industri gula Inggris (Pamanukan-Ciasem) di gantikan industri Belanda dalam kurun culturstelsel. VOC mulai melakukan pengiriman gula Batavia sejak 1673 ke Eropa, dengan jumlah ekspor per tahun lebih dari 10.000 pikul. 130 buah penggilingan pada tahun 1710, dengan produksi rata-rata setiap penggilingan sekitar 300 pikul. Tahun 1974 terdapat 65 penggilingan, sedang pada 1750 naik menjadi 80, dan akhir abad ke-18 merosot tinggal 55 penggilingan yang memasok sekitar 100.000 pikul gula.
Bentuk dan tekhnologi pengepres tebu ini, hanya terdiri dari dua buah silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan, dengan salah satu silinder diberi tonggak sedang pada ujung tonggak diikatkan ternak, atau digunakan tenaga manusia (digerakkan secara manual) untuk memutar selinder. sementara itu pada salah satu sisi pengepres biasanya satu orang atau lebih memasokkan tebu, kemudian hasil pengepresan dialirkan ke kuali besar yang terletak tepat di bawah selinder. Mudah pengoperasiannya dan dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhan. Di masa panen tebu, penggilingan-penggilingan ini akan dibawa menghampiri kebun yang sedang panen.

Harga kuda lebih mahal di bandingkan sapi, atau kerbau

Mesin Pabrik Gula (1830 )
Industri gula di Jawa Barat didukung oleh modal besar, dengan menggunakan mesin-mesin impor yang sebelumnya tidak pernah digunakan di Jawa, seperti bisa di lihat dalam salah satu surat Jessen Trail and company di tujukan kepada NHM (Salah satu Bank tempo dulu) yang mengatakan :
"In embarking on the enterprises we now have on hand, we werw sensible of the deficiency of the rude and imperfect machinery by which the manufacture of sugar was carried on here, and therfore determined to import European machinery, with skillful men to conduct the same...We now have (1826) three distinct sets of mills. Where we employ a European horizontal mill with three cylinders, driven by a six horse power steam engine, a European eight horse power mill, with three cylinders. Worked by cattle, and three auxiliary stone perpendicular mills, also worked by cattled, with six complete sets of iron boilers and iron and copper clarifiers, as also three distilleries, comprising six European copper stills.....and a suitable complement of fermenting system for distiling the molasses into Arak and Rum."

Yang Artinya kurang lebih :

"Dalam memulai di perusahaan-perusahaan kita sekarang ada di tangan, kami masuk akal dari kekurangan yang kasar dan tidak sempurna oleh mesin yang pembuatan gula dilakukan di sini, dan karena itu bertekad untuk impor mesin-mesin Eropa, dengan orang-orang terampil untuk melakukan yang sama ... Kita sekarang punya (1826) tiga set dari pabrik yang berbeda. Di mana kita menggunakan kincir horisontal Eropa dengan tiga silinder, didorong oleh enam daya kuda mesin uap, Eropa pabrik delapan daya kuda, dengan tiga silinder. Worked oleh ternak, dan tiga penolong tegak lurus batu pabrik, juga bekerja dengan cattled, dengan enam set lengkap boiler besi dan besi dan tembaga clarifiers, seperti juga tiga distilleries, yang terdiri dari enam Eropa ..... stills tembaga dan pelengkap yang sesuai dari sistem fermentasi yang distiling molase menjadi Arak dan Rum. "
 

Sejak tahun 1830 di Pekalongan terdapat tiga buah pabrik gula yang beroperasi untuk menggiling tebu-tebu gubernemen, dua diantaranya dioperasikan oleh orang-orang Tionghoa, yaitu oleh Gou Kan Tjou di desa Wonopringo dan Tan Hong Jan di desa Klidang. Sedang yang ketiga dioperasikan oleh Alexander Loudon, seorang bekas pedagang besar Inggris yang dilibatkan kerja administratif dalam kurun pasca Raffles. Loudon menjadi fabriekant di pabrik gula Karanganjar, kabupaten Pemalang. Loudon selain membangun pabrik di Pemalang, juga bersama De Sturler dan Verbeek membangun pabrik gula Poegoe dan Gemoe di Kendal pada tahun 1835-36.Namun karena keterbatasan informasi untuk ketiga pabrik gula di atas maka pembicaraan lebih diarahkan pada tiga buah pabrik modern yang didirikan sekitar tahun 1837-1838 yaitu Wonopringo, Sragie, Kalimatie. Ketiga pabrik gula di Pekalongan ini memakai lahan sawah untuk tebu seluas sekitar 1500 bau, pabrik Sragie dun Kaliematie masing-masing menggunakan 400 bau, dan Wonopringo, yang terbesar, memakai 700 bau lahan sawah (1ha=1,5 bau).Tenaga kerja dari buruh pribumi yang diikat dengan kontrak, Kontrak-kontrak gula gubernemen tersebut mengikat petani untuk bekerja tanpa batas waktu yang tegas. kontract iki bakal kanggo setaun, atawa saingga kongsi rolas taun, apa kersane kandjeng gupernemen. Sedang kerja-kerja yang terkait dalam kontrak tersebut meliputi: Sakabehe pegawejan ing dalem panggilingan sarta ing dalem kebon atawa nebang tebu, amek kaju bakar, iku uwong-uwong amesthi anglakoni pegawejan iku.

Varietas tebu yang ditanam merupakan jenis terbaik, dengan kadar rendemen (kadar gula dalam tebu) tinggi yang hanya dihasilkan oleh tebu yang dikenal dengan sebutan zwarte Cheribonriet (Tebu Hitam dari Cirebon), mulai digunakan sistem Reynoso tahun 1863, para buruh tebang (rappoe) bisa menghasilkan antara 30 hingga 50 ikat / kolong tebu (atau antara 750 hingga 1.250 batang tebu). Panen setiap tahun, untuk setiap bau tidak mencapai 25 pikul. Jumlah yang sering didapat dalam setiap panennya antara 17 hingga 22 pikul. Setiap hari, selama musim panen dan giling, pabrik memerlukan 40 hewan penarik beserta tukang gerobak.
 
Pabrik gula abad 20 (1934)



  

  
                                      suikerfabriek Tjomal
  
  
                                kemlangan sf

 
   
  
Dari laporan Proefstation Voor De Java Suikerindustrie – Jaargang 1934 didapatkan data
data performance pabrik gula sbb:
Pabrik dan performancenya (untuk per pabrik dalam tabel terlampir).

Baca Selengkapnya →

DESKRIPSI VARIETAS TEBU PS 864, PS 865, KIDANG KENCANA

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 864

SK Pelepasan
Nomor : 56/Kpts/SR.120/1/2004
Lampiran : 16 Januari 2004
Asal persilangan
PR 1117 Polycross pada tahun 1986

Sifat Morfologi
1. Batang
- Bentuk batang : Konis, susunan antar ruas berbiku, dengan penampang melintang agak pipih.
- Warna batang : Hijau kekuningan
- Lapisan lilin : tipis
- Retakan tumbuh : ada, tetapi tiidak semua ruas
- Cincin tumbuh : Melingkar datar diatas puncak mata, dengan warna kuning kecoklatan
- Teras dan Lubang : Masif dengan penampang melintang agak pipih.
- Bentuk buku ruas : Konis terbalik, dengan 3-4 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata. - Alur mata : Tidak ada








2. Daun
- Warna : Hijau kekuningan
- Ukuran lebar daun : 4-6 cm
- Lengkung daun : Melengkung kurang dari ½ panjang daun
- Telinga daun : Ada, pertumbuhan lemah, dengan kedudukan serong
- Bulu bidang punggung: Sempit dan jarang, tidak mencapai puncak pelepah,
kedudukan condong
- Sifat lepas pelepah : agak mudah



3. Mata
- Letak mata : pada bekas pangkal pelepah
- Bentuk mata : bulat, dengan bagian terlebar di atas tengah-tengah mata
- Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata
- Rambut tepi basal : tidak ada
- Rambut jambul : tidak ada
- Pusat tumbuh : di atas tengah mata

  
Sifat-sifat agronomis
1. Pertumbuhan
- Perkecambahan : baik
- Kerapatan batang : rapat (> 10 per meter)
- Diameter batang : sedang
- Pembungaan : sporadis, namun berbunga lebat pada kondisi kurang N
- Kemasakan : tengahan sampai lambat
- Daya kepras : baik
2. Potensi produksi
- Hasil tebu (ku/ha) : 1221 ± 228 (sawah); 888 ± 230 (tegalan)
- Rendemen : 8,34 ± 0,60 (sawah); 9.19 ± 0.64 (tegalan)
- Hablur gula (ku/ha) : 101,4 ± 18,5 (sawah); 82,5 ± 27,3 (tegalan)
3. Ketahanan hama dan penyakit
- Agak tahan terhadap hama penggerek pucuk
- Tahan terhadap penyakit-penyakit pokkahbung, blendok dan mosaik tahan dan agak tahan terhadap penyakit luka api
4. Kesesuaian lokasi : Cocok untuk dikembangkan ditanah-tanah aluvial, baik dilahan sawah maupun tegalan. Pemberian pupuk N yang cukup akan menekan pembungaan dan memperlambat kemasakan.
Keterangan lain
- Peneliti : Mirzawan P.D.N; Eka Sugiyarta; Kabul Agus Wahyudi; Hermono Budhisantosa; Suwandi; Widi Sasongko; Mutomo Adi.
- Nama lama sebelum diusulkan : PS 86-10029
Perilaku Varietas
PS 864 sebelumnya dikenal dengan seri PS 86-10029, merupakan keturunan dari PR 1117 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2004. Perkecambahan varietas ini adalah sangat baik dengan anakan yang serempak, klentekan mudah. Sifat dasar pembungaan adalah sedikit atau sporadis, tetapi akan menjadi lebat apabila ditanam pada lahan-lahan marginal, terganggu drainasenya dan atau kekurangan pupuk Nitrogen (karena respon terhadap N yang sangat tinggi). Walaupun terjadi pembungaan, karena diikuti munculnya siwil sekitar 3 mata pucuk, maka proses penggabusan akan dihentikan oleh adanya siwilan tersebut. Sehingga walaupun ditebang agak terlambat, PS 864 masih dapat bertahan KDT nya.
Pada lahan–lahan bertekstur ringan sampai berat, PS 864 masih cukup baik pertumbuhannya. Bahkan pada lahan tegalan dimana kondisi kering panjang terjadi, dijumpai keadaan tanaman tinggal 3-5 daun hijau, masih menunjukkan tingkat kelengasan batang yang cukup tinggi. Potensi produksi tebu cukup tinggi dengan rendemen sedikit dibawah PS 851. Tipe kemasakan terdapat kecenderungan pada kelompok tengah lambat. Kadar sabut berkisar 13%.
PS 864 menunjukkan tingkat toleransi kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan PS 851. Untuk daerah tegalan dengan pola tanam awal penghujan varietas ini akan cocok dikembangkan.
 

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 865
NAMA ASAL CB 6979)
SK Pelepasan
Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 342/Kpts/SR.120/3/2008
Tanggal : 28 Maret 2008
Tentang Pelepasan Tebu Varietas CB 6979 dengan nama PS 865
Asal Persilangan
Persilangan POJ 4947 x POJ 2946 pada tahun 1986
Sifat Morfologi

















1. Batang
• Bentuk ruas : Silindris, susunan antar ruas lurus dengan penampang melintang bulat
• Warna batang : hijau kuning keunguan
• Lapisan lilin : ada di sepanjang ruas dan tebal sehingga mempengaruhi warna ruas
• Retakan tumbuh : tidak ada
• Cincin tumbuh : melingkar datar menyinggung puncak mata, dengan warna kekuningan
• Teras dan lubang : kecil sampai sedang
• Bentuk buku ruas : konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata
• Alur mata : sempit dan dangkal, mencapai pertengahan ruas

2. Daun
• Warna daun : hijau
• Ukuran lebar daun : sedang (4 - 6 cm)
• Lengkung daun : tegak
• Telinga daun : tidak ada
Bulu bidang punggung : ada, lebih dari ¼ lebar pelepahnya, tidak mencapai puncak pelepah, pertumbuhan jarang dengan posisi rebah
• Sifat lepas pelepah : agak mudah



3. Mata
• Letak mata : pada bekas pangkal pelepah
• Bentuk mata : lonjong
• Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata
• Rambut tepi basal : tidak ada
• Rambut jambul : ada
• Pusat tumbuh : pada tengah mata

Sifat-sifat agronomis1. Pertumbuhan
• Perkecambahan : cepat
• Awal pertunasan : cepat
• Kerapatan batang : sedang (6-10 batang/meter)
• Diameter batang : sedang
• Pembungaan : sporadis - sedang
• Kemasakan : awal - tengah
• Daya kepras : baik
2. Potensi produksi
Lahan tegalan :
- Hasil tebu (ku/ha) : 804 ± 112
- Rendemen (%) : 9,38 ± 1,41
- Hasil hablur (ku/ha) : 74,81 ± 12,01
3. Ketahanan hama dan penyakit
- Penggerek batang : tahan
- Penggerek pucuk : tahan
- Penyakit blendok : tahan
- Pokkahbung : tahan
4. Kesesuaian lokasi : cocok untuk lahan tegalan di Jawa dengan jenis tanah Aluvial bertipe iklim C2
5. Kadar sabut : + 16,58
Perilaku Varietas
Varietas PS 865 sebelumnya dikenal dengan nama seri CB 6979 merupakan keturunan dari hasil persilangan POJ 4947 x POJ 2946 pada tahun 1986. Setelah melalui program seleksi awal di Pasuruan, kemudian diadaptasikan ke berbagai lokasi, ternyata adaptasi di wilayah Subang merupakan tipologi yang sangat cocok untuk pengembangannya.
Varietas tebu PS 865 menunjukkan keragaan tanaman yang memuaskan pada lahan Aluvial, Latosol, Podsolik dan Grumosol di Subang yang sepenuhnya mengandalkan tadah hujan. Tingkat ketersediaan air yang terbatas dan jeluk tanah terbatas untuk perakaran, tampaknya pertumbuhan tanaman PS 865 sangat baik. Sementara varietas utama lainnya tampak mulai terhambat pertumbuhannya pada kondisi lengas tanah yang semakin terbatas.
Pada kondisi serangan hama penggerek batang dan penggerek pucuk yang sangat tinggi, terlihat bahwa PS 865 sangat toleran terhadap serangan tersebut sehingga mampu memberikan produksi tebu yang paling memuaskan. Hasil pengamatan secara deskriptif terlihat bahwa pada jenis lahan berat (liat) seperti di Jatitujuh, terlihat keragaan tanaman seragam pertumbuhannya dengan rata-rata 8-10 batang per meter juring. Pertunasan terjadi secara serempak, berbatang tegak, diameter sedang sampai besar. Ketahanan terhadap kekeringan tampak pada tingkat perkecambahan pada keprasannya yang tidak terganggu pertumbuhannya. Tampaknya PS 865 sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan tegalan dengan tingkat kesuburan yang terbatas.
Keterangan lain
Peneliti : Eka Sugiyarta dan Bari Ngaridjan
Pemilik varietas : Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA 
(NAMA ASAL PA 198)
SK Pelepasan
Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008
Tanggal : 28 Maret 2008
Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198
Asal Persilangan
Tidak diketahui, pertama kali berkembang di Dusun Kencana, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat.
Sifat Morfologi
1. Batang
• Bentuk ruas : Silindris, susunan antar ruas lurus sampai berbiku, dengan penampang melintang bulat
• Warna batang : hijau kekuningan, menjadi coklat keunguan bila terpapar sinar matahari
• Lapisan lilin : ada di sepanjang ruas, tipis tidak mempengaruhi warna ruas
• Retakan tumbuh : tidak ada
• Cincin tumbuh : melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna kuning kehijauan
• Teras dan lubang : masif
• Bentuk buku ruas : konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata
• Alur mata : tidak ada 
 


2. Daun
• Warna daun : hijau muda
• Ukuran lebar daun : lebar (lebih dari 6 cm)
• Lengkung daun : melengkung kurang dari ½ panjang daunTelinga daun : ada, lemah-sedang, dengan kedudukan serong
• Bulu bidang punggung : tidak ada
• Sifat lepas pelepah : mudah















3. Mata
• Letak mata : pada bekas pangkal pelepah
• Bentuk mata : bulat telur, dengan bagian terlebar di tengah
• Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi
• Rambut tepi basal : tidak ada
• Rambut jambul : tidak ada
• Pusat tumbuh : di atas tengah mata Sifat-sifat agronomis
1. Pertumbuhan
• Perkecambahan : cepat, seragam
• Awal pertunasan : cepat
• Kerapatan batang : sedang (8-10 batang/meter)
• Diameter batang : sedang - besar
• Pembungaan : sporadis
• Kemasakan : tengah - lambat
• Daya kepras : baik
2. Potensi produksi
Lahan sawah :
- Hasil tebu (ku/ha) : 1.125 ± 325
- Rendemen (%) : 10,99 ± 1,65
- Hasil hablur (ku/ha) : 110,6 ± 22,1
Lahan tegalan :
- Hasil tebu (ku/ha) : 992 ± 238
- Rendemen (%) : 9,51 ± 0,88
- Hasil hablur (ku/ha) : 95,4 ± 25,5
3. Ketahanan hama dan penyakit
- Penggerek batang : tahan
- Penyakit blendok : tahan
Pokkahbung : tahan
- Luka api : tahan
4. Kesesuaian lokasi
Cocok untuk lahan tegalan dan sawah jenis tanah mediteran dengan iklim C3, Kambisol C3, Aluvial C2 dan Grumusol C2.
5. Kadar sabut : + 13,05
Perilaku Varietas
Penyebaran varietas tebu PA 198 yang awalnya beradaptasi dan berkembang dusun Kidangkencana, Jawa Barat terus meningkat dan produktivitasnya cukup baik. Dalam waktu relatif singkat bahkan telah mulai diminati oleh para petani di Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Jawa Timur. Varietas yang sama juga berkembang di pertanaman petani tebu rakyat wilayah PG Bungamayang Lampung yang dikenal dengan nama BM 96-05, wilayah PT Gunung Madu Plantation Lampung dengan nama GM 25 serta wilayah PG Cintamanis Sumatera Selatan dengan nama CM 47. Karena varietas ini tidak diketahui secara pasti asal usulnya, sehingga dilakukan usulan pemutihan dengan nama Kidang Kencana (KK).
Varietas tebu KK menunjukkan keragaan tanaman yang memuaskan pada lahan geluh-liat (tekstur sedang sampai berat) dengan air cukup tersedia. Sementara itu pada lahan tanpa pengairan, tampaknya KK menunjukkan keragaan yang kurang memuaskan, sehingga kesesuaian tipologi wilayah pengembangannya adalah pada lahan yang tersedia lengas tanah cukup (sawah berpengairan).
Hasil pengamatan secara deskriptif terlihat bahwa pada jenis lahan berat, terlihat keragaan tanaman seragam pertumbuhannya dengan jumlah batang yang rapat. Pertunasan terjadi secara serempak, berbatang tegak, diameter sedang sampai besar. Jarang berbunga, diameter sedang sampai besar, hasil tebu cukup tinggi, rendemen tinggi, kemasakan awal tengah, kadar sabut sekitar 13%.
Pada kondisi kebun yang terganggu drainasenya terjadi pengecilan diameter batang dan pertumbuhan agak terhambat. Sementara itu pada lahan yang kekurangan air akan terjadi pemendekan ruas batang, dan pengaruhnya pada populasi batang pada tanaman keprasannya akan berkurang. Tampaknya varietas tebu KK lebih sesuai untuk lahan Aluvial dan Mediteran dengan kadar liat yang tidak terlalu tinggi dengan pengairan.yang cukup serta tidak terjadi gangguan drainase.
Keterangan lain
Peneliti : Bari Ngarijan dan Kusmiyanto
Pemilik varietas : PT. PG. Rajawali Nusantara II
Sumber Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia(www.sugarresearch.org)
Baca Selengkapnya →

DESKRIPSI VARIETAS TEBU PS 851, PS 862, PS 863

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 851
SK Pelepasan
Nomor : 685/Kpts-IX/98
Tanggal : 9 Oktober 1998
Asal persilangan
S57 x B 37173 pada tahun 1985 dari nomor seleksi PS 85-21460

Sifat-sifat botanis
 
1. Batang
• Ruas-ruas tersusun agak berbiku, berbentuk konis dengan penampang melintang agak pipih sampai bulat.
• Warna ruas hijau kekuningan
• Lapisan lilin tebal mempengaruhi warna ruas
• Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada
• Alur mata tidak ada
• Buku ruas berbentuk silindris, mata akar terdiri dari 2 sampai 3 baris, baris paling atas tidak melewati puncak mata
• Teras masif



2. Daun
Helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran lebar daun sempit, ujung melengkung kurang dari setengah panjang helai daun
• Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan sedang dan kedudukan tegak
• Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm
• Membentuk jalur lebar tidak mencapai ujung pelepah dau




3. Mata
• Terletak pada bekas pangkal pelepah daun
• Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata
• Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata
• Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata
• Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada


Sifat-sifat agronomis
1. Pertumbuhan
• Perkecambahan sedang
• Tidak berbunga- berbunga sporadis
• Diameter batang sedang
• Kerapatan batang sedang
2. Potensi produksi di ekolokasi unggulan
Lahan Sawah
• Hasil tebu 1050 ± 465 ku/ha
• Rendemen 9,03 ± 2,73 %
• Hasil hablur 86,4 ± 27,2 ku/ha
Lahan tegalan
• Hasil tebu 739 ± 280 ku/ha
• Rendemen 10,74 ± 1,35 %
• Hasil hablur 76,8 ± 22,3 ku/ha
Pola Keprasan
• Hasil tebu 760 ± 430 ku/ha
• Rendemen 11,10 ± 2,20 %
• Hasil hablur 78,1 ± 29,3 ku/ha
3. Ketahanan terhadap hama penyakit
Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek

DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 862
SK Pelepasan
Nomor : 685.b/Kpts-IX/1998
Tanggal : 9 Oktober 1998
Asal persilangan
Persilangan F162 polycross pada tahun 1986 dari nomor seleksi PS 86 - 8504

Sifat-sifat botanis

1. Batang
• Ruas-ruas tersusun lurus agak berbiku, berbentuk konis sampai kumparan dengan penampang melintang bulat.
• Warna ruas hijau kekuningan
• Lapisan lilin sedang mempengaruhi warna ruas
• Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada
• Alur mata sempit, dangkal, tidak mencapai tengah ruas
• Buku ruas berbentuk konis terbalik, mata akar terdiri dari 2 - 3 baris, baris paling atas tidak melewati puncak mata
• Teras berlobang agak besar

2. Daun
• Helai daun berwarna hijau, ukuran lebar daun sedang, ujung melengkung kurang dari setengah panjang helai daun
• Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan kuat dan kedudukan tegak
• Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm, membentuk jalur sempit tidak mencapai ujung pelepah daun




3. Mata
• Terletak pada bekas pangkal pelepah daun
• Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata
• Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata
• Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata
• Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada

Sifat-sifat agronomis
1. Pertumbuhan
• Perkecambahan sedang
• Berbunga sedang
• Diameter batang besar
• Kerapatan batang sedang
2. Potensi produksi di ekolokasi unggulan
Lahan Sawah
• Hasil tebu 993 ± 370 ku/ha
• Rendemen 9,45 ± 1,51%
• Hasil hablur 91,0 ± 29,1 ku/ha
Lahan tegalan
• Hasil tebu 883± 175ku/ha
• Rendemen 10,87 ± 1,21 %
• Hasil hablur 97,4 ± 2,04 ku/ha
Pola Keprasan
• Hasil tebu 928 ± 75 ku/ha
• Rendemen 10,80 ± 0,50 %
• Hasil hablur 103,0 ± 10,2ku/ha
3. Ketahanan terhadap hama penyakit
Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek
batang
Penyakit : tahan terhadap mosaik dan blendok, peka terhadap pokahboeng
Perilaku varietas
PS 862 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-8504 merupakan keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun 1998. PS 862 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas yang serempak, berbatang tegak, diameter besar, lubang kecil-sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar sabut sekitar 12%. Mudahnya daun tua diklentek dengan tanaman tegak dan serempak memberikan tingkat potensi rendemen tinggi. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan atau drainasinya terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang.
Perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak. Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh bahwa apabila kekurangan N akan mudah berbunga. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini.
Varietas Ps 862 cocok dikembangkan pada tanah ringan sampai geluhan (Regosol, Mediteran, Alluvial). Anakan agak kurang dan sulit membentuk sogolan, oleh karena itu jumlah bibit pada saat tanam agak lebih rapat. Varietas ini memerlukan pengairan yang cukup dan masa tanam awal. Rendemen potensialnya sangat tinggi (12 %) pada awal giling (Mei-Juni), tetapi daya tahan rendemen relatif pendek. Pertumbuhan tegak, mudah klentek daun dan tebu tidak terlalu tinggi.
Keterangan
• Cocok untuk lahan tegalan dan dapat diusahakan di lahan sawah
• Tahan dikepras
• Sesuai untuk tanah aluvial


DESKRIPSI TEBU VARIETAS PS 863
SK Pelepasan
Nomor : 685.c/Kpts-IX/1998
Tanggal : 9 Oktober 1998
Asal persilangan
Persilangan F162 polycross pada tahun 1986 dari nomor seleksi PS 86 - 17538

Sifat-sifat botanis


1. Batang
• Ruas-ruas tersusun berbiku, berbentuk konis dengan penampang bulat.
• Warna ruas hijau kekuningan
• Lapisan lilin sedang, mempengaruhi warna ruas
• Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada
• Alur mata tidak ada
• Buku ruas berbentuk konis sampai silindris, mata akar terdiri dari 2 - 3 baris
• Teras berlobang kecil



2. Daun
• Helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran lebar daun sedang, ujung melengkung kurang dari setengah panjang helai daun
• Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan lemah dan kedudukan tegak
• Rambut pelepah jarang, condong, panjang ± 2 mm, membentuk jalur sempit tidak mencapai puncak pelepah daun





3. Mata
• Terletak pada bekas pangkal pelepah daun
• Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata
• Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata
• Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata
• Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada


Sifat-sifat agronomis
1. Pertumbuhan
• Perkecambahan sedang
• Berbunga sporadis
• Diameter batang sedang
• Kerapatan batang sedang
2. Potensi produksi di ekolokasi unggulan
Lahan Sawah
• Hasil tebu 1294 ± 216 ku/ha
• Rendemen 9,07 ± 0,7 %
• Hasil hablur 116, 2 ± 11,1 ku/ha
Lahan tegalan
• Hasil tebu 811 ± 248ku/ha
• Rendemen 11,75 ± 2,07 %
• Hasil hablur 92,3 ± 22,1 ku/ha
Pola Keprasan
• Hasil tebu 804 ± 140 ku/ha
• Rendemen 13,24 ± 2 %
• Hasil hablur 104,8 ± 7,6 ku/ha
3. Ketahanan terhadap hama penyakit
Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan
penggerek batang
Penyakit : tahan terhadap mosaik dan blendok, peka terhadap pokahboeng
Perilaku varietas
PS 863 sebelumnya dikenal dengan nama seri PS 86-17538 merupakan keturunan dari induk F 162 (polycross) yang dilepas Menteri Pertanian tahun 1998. PS 863 mempunyai perkecambahan baik dengan sifat pertumbuhan awal dan pembentukan tunas relatif serempak, diameter besar, lubang sedang, berbunga jarang, umur kemasakan awal tengah dengan KDT terbatas, kadar sabut sekitar 13%. Kondisi tanah subur dengan kecukupan air sangat membantu pertumbuhan pemanjangan batang yang normal dan cenderung cepat.
Perkecambahan mata tunas sangat mudah dan cepat tumbuh serempak. Respon terhadap pupuk N yang sangat tinggi mempunyai pengaruh terhadap kerobohan karena cepatnya pertumbuhan. Oleh karena ini dosis N yang memadai dengan aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan oleh varietas ini.
Varietas Ps 863 cocok dikembangkan pada lahan yang cukup pengairannya dengan tipe tanah ringan sampai geluhan (Regosol, Mediteran, Alluvial), pada masa tanam awal. Pertumbuhan sangat cepat hingga cenderung roboh. Respon terhadap N yang sangat tinggi, maka pada awal pertumbuhan memerlukan pemupukan yang tepat waktu. Pada saat roboh akan membentuk tunas-tunas sogolan. Lubang batang sedang-besar, mudah klentek daun. Optimal rendemen terjadi pada awal-tengah giling (Mei-Juni), dengan daya tahan sedang.
Keterangan
• Cocok untuk lahan tegalan dan dapat diusahakan di lahan sawah
• Tahan dikepras
• Sesuai untuk tanah aluvial
Baca Selengkapnya →
 
Ardiansyah Blog © | Di Desain Oleh Bintang Sembilan
Green Template v2