Tanaman tebu terhadap cekaman kekeringan

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) yang telah berkembang di wilayah PG Lestari pembudidayaannya yang berada di lahan pengembangan (lahan kering) Dengan sistem budidaya lahan kering yang sangat bergantung kepada curah hujan. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah terdapatnya periode-periode tertentu dalam masa pertumbuhan tanaman yang curah hujannya tidak dapat memenuhi kebutuhan evapotranspirasi. 

Adanya periode-periode defisit air tersebut mengakibatkan tanaman tebu menderita cekaman kekeringan, membuat produktivitas tanaman dari musim ke musim sangat berfluktuatif, bahkan menurun tajam bila kemarau panjang terjadi.(wilayah lengkong, jatikalen, gondang, sukomoro, rejoso).

Pemahaman mengenai tanggapan tanaman terhadap cekaman kekeringan sangatlah diperlukan, karena suatu pemahaman yang baik akan dapat digunakan untuk menyesuaikan teknik budidaya yang diterapkan di lapangan. Pengamatan ini  menganalisis aspek pertumbuhan dan komponen hasil pada tanaman tebu yang mengalami cekaman kekeringan, mengidentifikasi penyesuaian fisiologis tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan mengevaluasi kondisi unsur hara dan penyerapannya pada saat terjadi cekaman kekeringan. 
  1. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat dan durasi yang berbeda mengakibatkan dampak yang berbeda pula pada pertumbuhan dan pencapaian hasil tanaman tebu, 
  2. Pada tanaman tebu yang mengalami cekaman kekeringan akan terjadi akumulasi prolin di daun secara mencolok sebagai upaya tanaman memertahankan turgiditas set 
  3. Cekaman kekeringan menurunkan penyerapan hara oleh tanaman tebu namun hal ini tidak terkait dengan status kecukupan hara dalam tanah.
Pengamatan diwujudkan sebagai percobaan pot dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 15 perlakuan cekaman (termasuk satu kontrol tanpa cekaman) dan 3 ulangan. Setiap perlakuan cekaman mencakup saat terjadinya cekaman (yang merujuk kepada umur atau fase pertumbuhan tanaman) dan durasi cekaman yang berbeda. Cekaman dimulai pada umur 0, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 minggu setelah tanam (mst), sedangkan durasi cekamannya adalah 2 dan 4 minggu dengan cara penghentian penyiraman selama 2 atau 4 minggu pada umur-umur tersebut. Di luar periode cekaman, kadar lengas tanah dalam pot dikembalikan ke kadar lengas 
Kapasitas Lapang (KL). Aspek pertumbuhan dan komponen hasil yang diamati meliputi tinggi tanaman, daun hijau, jumlah anakan, perakaran, berat hasil, dan kualitas (Brix, Pol, Rendemen). Analisis tanah dan daun dilakukan untuk mengetahui status hara dalam tanah dan tingkat penyerapan hara oleh tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cekaman kekeringan berdurasi 2 minggu cenderung dapat ditahan oleh tanaman tebu dan masih memungkinkan terjadinya pemulihan pertumbuhan, namun cekaman kekeringan yang berlanjut hingga 4 minggu sangat berat untuk ditahan oleh tanamannya. Tanaman mulai rentan terhadap cekaman kekeringan mulai umur 8 mst (kurang lebih setara dengan umur 12 mst di lapangan). Cekaman kekeringan mengakibatkan penurunan yang nyata pada pertumbuhan dan karakter vegetatif tanaman yang sedang berada pada fase pertumbuhan aktif, yaitu umur 8 hingga 16 mst, sedangkan pada umur yang lebih tua
(20 hingga 24 mst) dampak lebih nyata terlihat pada kualitas atau kadar gula. Pada kedua periode umur tersebut cekaman berdurasi 4 minggu sama-sama berdampak menurunkan hasil gula secara sangat mencolok. 

Cekaman kekeringan mengakibatkan terjadinya akumulasi prolin bebas di daun, sehingga konsentrasinya menjadi 324.00 ppm atau 17.7 kali lipat lebih tinggi dibanding konsentrasi semula (18.33 ppm). Peningkatan yang mencolok ini terdeteksi sekitar 2 minggu setelah cekaman berjalan. Penyerapan hara N, P, K, Ca, dan Mg menurun sejalan dengan berlangsungnya cekaman kekeringan. Tanaman mampu memulihkan penyerapan
hara pasca cekaman yang berdurasi 2 minggu sehingga nilai hara-daun dapat kembali setara atau bahkan lebih tinggi dibanding pada tanaman kontrol. Pemulihan penyerapan tidak terjadi bila cekaman berlanjut hingga 4 minggu. 

Pada akhir pengamatan tidak terlihat adanya penurunan status/jumlah hara dalam tanah secara mencolok (depletion). Dapat disimpulkan bahwa selama kekeringan berlangsung hara yang berada dalam zona perakaran, termasuk yang berasal dari pupuk yang diberikan pada awal percobaan, tidak hilang.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ardiansyah Blog © | Di Desain Oleh Bintang Sembilan
Green Template v2