- Bahwa dalam budidaya tanaman tebu diperlukan modal berupa teknologi, tanah dan uang yang jumlahnya cukup besar.
- Bahwa budidaya tanaman tebu di Indonesia bisa dilakukan pada tanah sawah maupun lahan kering. Yang pada dasarnya lahan sawah harus “diubah” menjadi lahan kering agar pertumbuhan tanaman tebu baik.
- Pada lahan sawah dengan berat tanah yang ringan ( Z < 6,5 ) dapat dengan sistim kayaran sedangkan untuk tanah berat dan basah sebaiknya dengan sistim Reynoso.
- Bahwa pembukaan tanah yang dalam ( deep tillage ) akan lebih efisien mengingat tanaman tebu masih cukup memberikan keuntungan apabila dikepras sampai 3 (tiga) kali.
- Bahwa pengelolaan yang efektif dan efisien sangat diperlukan karena ketersediaan tenaga kerja yang semakin langka dengan menggunakan alat mesin pertanian : traktor , hand traktor dengan modifikasi implement yang akan digunakan untuk mengolah tanah.
- Tingkat produktivitas selama 20 tahun terahkir ini menunjukkan penurunan yang perlu dicermati dan diantisipasi dengan kembali pada kaidah dasar ( back to basic ) yang benar yang diperlukan oleh tanaman tebu dimana ditanam / dibudidayakan.
- Bahwa jumlah tebu yang digiling pada suatu pabrik gula sangat tergantung pada Tebu Rakyat . Sedangkan pengelolaan Tebu Rakyat oleh petani belum intensif secara keseluruhan sehingga produksi dan pendapatan Petani Tebu Rakyat (PTR) masih relatif rendah.
- Sistim Reynoso pada lahan sawah sudah banyak ditinggalkan karena membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak ( 1 Ha = 800 HOK ), dengan upah per satuan yang sudah mahal (UMR).
- Pabrik Gula harus berinovasi untuk dapat memberlakukan standard operation yang sesuai dengan baku teknis bagi tanaman tebu dengan memanfaatkan teknologi budidaya terapan yang relatif lebih murah.
- Peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan produksi tebu per satuan luas , dengan tingkat rendemen yang tinggi serta biaya yang wajar dalam arti tidak terlalu mahal.
- Langkah intensifikasi yang benar,akan membawa peningkatan produksi dan pendapatan baik pabrik gula maupun PTR.
1.1 Konservasi lahan
- Bahwa pembukaan lahan harus memperhatikan prinsip konservasi agar tidak terjadi kerusakan struktur tanah karena terjadi erosi atau terjadinya overflow (aliran permukaan) yang merusak kesuburan tanah juga.
- Bahwa pembukaan tanah untuk tanaman tebu dengan prinsip: arahnya larikan tanaman tegak lurus dengan kemiringan tanah akan mencegah terjadi erosi , tanah longsor dan aliran permukaan.
- Bahwa tebu membawa biomassa keluar sebesar produksi yang dihasilkan dan perlu digantikan dengan kompos atau hara dalam jumlah yang banyak atau pupuk hijau agar terjadi keseimbangan alami hara dalam tanah.
1.2 Land preparation
1.2.1 Deep tillage ( Pengolahan tanah intensif) - Pengolahan tanah yang intensif dengan kedalaman olah tanah sekitar 40 cm merupakan keharusan agar produktivitas yang dihasilkan tinggi.
- Urutan pekerjaan dengan bajak traktor sebagai berikut :
a. Bajak dengan disc plough (piringan) searah dengan contour tanah.( 30 cm) atau juga bisa menggunakan bajak singkal.
b. Bajak kedua tegak lurus dengan bajak 1 x apabila lahannya panjang (kedalaman 20 Cm) , sehingga kedalaman olah tanah mencapai 50 Cm sebagai media tumbuh bagi tebu yang baik.
- Urutan pekerjaan dengan bajak traktor sebagai berikut :
a. Bajak dengan disc plough (piringan) searah dengan contour tanah.( 30 cm) atau juga bisa menggunakan bajak singkal.
b. Bajak kedua tegak lurus dengan bajak 1 x apabila lahannya panjang (kedalaman 20 Cm) , sehingga kedalaman olah tanah mencapai 50 Cm sebagai media tumbuh bagi tebu yang baik.
c. Penggaruan (harrowing) agar tanah rata sebelum dilakukan pembuatan kayaran, dengan alat harrower sambil mengarag bekas tebu bila membuka lahan bekas tebu.
d. Pembuatan kayaran dengan wing besar dilengkapi denga sub soiler. Pekerjaan ini dilakukan oleh unit traktor yang lain sehingga tidak menggamggu proses pembukaan tanah.
e. Kayaran yang terbentuk diharapkan mencapai ukuran tinggi 48 – 50 cm dan struktur tanah yang favorable bagi tumbuhnya tunas.
f. Pemberian pupuk pendahuluan ( 50% dosis NPK) pada kedalaman > 30 Cm dengan maksud : agar perakaran menembus kebawah dan menjadikan tanaman tak mudah roboh. ( akar mengejar pupuk à jadi panjang dan dalam.) Dengan pembukaan lahan & pemupukan model ini tanaman keprasan pada tahun-tahun berikutnya akan lebih bertahan produksinya.(penurunan produksi keprasan hanya kecil saja).
1.2.2 Sistem Reynoso
Walaupun hanya 10 % areal disawah yang dibuka dengan sistim ini namun sistim ini masih unggul karena dengan intensif tanah diolah. Memang membutuhkan tenaga kerja yang banyak dengan upah yang sulit dikendalikan sedangkan jumlah tenaga kerja yang tersedia saat ini sulit didapat (langka) kalaupun ada tidak terampil.
- Bagi tanah sawah berat ( Z > 7) yang berair dimana pekerjaan mekanisasi tidak mungkin beroperasi dengan efektif.
- Berbeda dengan pembukaan lahan secara penuh (semua lahan diolah) maka sistim reynoso hanya sebagian yang yang dibuka.
- Bagi tanah sawah berat ( Z > 7) yang berair dimana pekerjaan mekanisasi tidak mungkin beroperasi dengan efektif.
- Berbeda dengan pembukaan lahan secara penuh (semua lahan diolah) maka sistim reynoso hanya sebagian yang yang dibuka.
- Sistim Reynoso menitik beratkan pada bagaimana mengubah lahan sawah menjadi “tanah kering” dengan sistim uitzuuring dan drainage berupa got keliling , got mujur , got malang maupun got pecahan dan patusan yang lancar.
- Tujuan pembukaan lahan dengan cemplongan juga bermaksud intensif
(deep tillage) cemplong 1 x 20 Cm, Comal 15 Cm, total = 35 Cm akan menyediakan media tumbuh bagi tanaman sesuai dengan kebutuhan
1.2.3 Sistem Kayaran ( 90% dari areal )
- Tujuan pembukaan lahan dengan cemplongan juga bermaksud intensif
(deep tillage) cemplong 1 x 20 Cm, Comal 15 Cm, total = 35 Cm akan menyediakan media tumbuh bagi tanaman sesuai dengan kebutuhan
1.2.3 Sistem Kayaran ( 90% dari areal )
Seluruh tanah dibajak ( luku Jawa atau traktor ) maka diperoleh persiapan lahan yang baik untuk tumbuhnya tanaman tebu. Kemudian dibuatlah kayaran dengan alat wing besar + sub soiler yang ditarik dengan traktor yang memiliki HP cukup besar (>120) sehingga terbentuk guludan tanah dimana dibagian “lembah” akan diletakkan bibit
- Pembuatan kayaran dengan tinggi 48 – 50 cm.
- Pembuatan calon saluran air sesuai dengan panjang juringan yang telah direncanakan.
- Pembuatan plant bed dengan sub soiler lagi sehingga tanah terolah menjadi dalam ( 25 Cm) dibawah tanah waras.
- Segera tanam karena aerasi sudah cukup.(tanpa uitzuuring) karena tanah sudah terolah seluruhnya dan relatif kering.
- Dalam hal ini telah disiapkan bibit dan pupuk pendahuluan sehingga prosesnya lebih cepat guna mengejar masa tanam optimal dan mengurangi ketergantungan pada air. Pembuatan jalan kontrol dan transportasi alat.
Sistim perakaran tanaman menjadi sempurna yaitu akar yang sehat,banyak dan panjang sehingga :
- proses pertumbuhan menjadi normal.
- Proses pembalikan tanah akan mempercepat mineralisasi dan menghilangkan racun-racun dalam tanah (proses oksidasi)
- Proses aerasi atau pertukaran oksigen dalam tanah berlangsung cepat.
- Akar yang banyak, sehat dan panjang sangat mendukung proses penyerapan hara dalam tanah secara maksimal sehingga pembentukan sucrose dalam batang tebu akan lebih terjamin. ( Rendemen optimal. )
- Tebu tidak mudah roboh.
- Tanaman keprasan masih tinggi produksinya.(2—3 tahun)
- Air yang berada dalam kebun secara cepat keluar melalui saluran yang telah dibuat menuju patusan (pembuangan air)
- Lahan menjadi cepat kering sampai pada “kapasitas lapang” dimana alat-alat mekanisasi dapat beroperasi dengan optimal.
- Pembuangan asam tanah dapat segera diatasi dengan membuka lahan (LP) dengan pembuatan patusan yang cukup memadai.
1.2.6 Pupuk Pendahuluan
- Letak pupuk berada dibawah yaitu pada dasar kayaran (- 25 Cm) akan berdampak positif pada perakaran tanaman yang mengejar kebawah sehingga tidak mengambang.
- Akar akan lebih panjang sehingga tanaman kuat berdiri ( tak mudah roboh ) Tebu yang roboh menurunkan rendemen karena akan tumbuh siwilan , proses tebu berdiri mengubah sucrose dalam batang tebu menjadi energi
- Pupuk 1 x yang terlambat akan dengan sendirinya teratasi bila pupuk pendahuluan dengan NPK separoh dosis total sudah dilakukan awal.
- Traktor yang memiliki HP besar > 120 dengan cara investasi rutin atau dengan cara leasing (sewa) dari swasta yang professional.
- Implement yang memenuhi standard mutu misalkan diameter disc , alat pembuat kayaran (wing besar + sub soiler )
- Alat “pedot oyot” yang berfungsi memutus akar lama agar tumbuh akar baru yang lebih efektif pada tanaman keprasan (ratoon).
- Yang tidak kalah penting adalah persiapan alat dengan memperhatikan :
Setting alat > kedudukan alat (top link datar)
Kecepatan > tidak terlalu cepat / lambat (biasa saja)
Draft > setelan kedalaman berdasar hidrolic (posisi )
- Alat bumbun dengan bajak piringan bolak-balik dua bagian kiri dan kanan sehingga lebih cepat dan tidak merusak tanaman kecil.(modifikasi alat bumbun atau alat kepras inovasi PG )
jo lali NGELENTEK Pak DE